Pages

Sabtu, 19 Februari 2011

Zat Aditif


Manfaat dan Bahaya Zat Aditif
Manfaat Zat Aditif :
1. Untuk memberi kesan menarik bagi konsumen.
2. Menyeragamkan warna makanan dan membuat identitas produk pangan.
3. Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya.
4. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara atau temperatur yang ekstrim akibat proses pengolahan dan selama penyimpanan.
5. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari selama produk disimpan.
6. Untuk Menjaga konsistensi produk. Pengemulsi memberikan tekstur produk yang konsisten dan mencegah mereka dari memisahkan. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur halus seragam. -Penggumpalan agen Anti membantu zat seperti garam mengalir secara bebas.
7. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.. Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke banyak makanan umum seperti susu, tepung, sereal dan margarin untuk menebus mereka yang mungkin kurang dalam diet seseorang atau hilang dalam pemrosesan. Fortifikasi dan pengayaan tersebut telah membantu mengurangi kekurangan gizi di kalangan penduduk Amerika Serikat.. Semua produk yang mengandung nutrisi ditambahkan harus tepat berlabel.
8. Untuk mempertahankan palatabilitas dan kegunaan. Menghambat pembusukan bahan pengawet produk yang disebabkan oleh jamur, udara, bakteri, jamur atau ragi. kontaminasi bakteri dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan, termasuk yang mengancam kehidupan botulisme Antioksidan adalah pengawet yang mencegah lemak dan minyak dalam makanan yang dipanggang dan makanan lain dari menjadi tengik atau mengembangkan rasa-. Mereka juga mencegah potongan buah segar seperti apel dari balik coklat ketika terkena udara.
9. Untuk memberikan leavening atau kontrol keasaman / alkalinitas. agen leavening bahwa asam rilis ketika dipanaskan dapat bereaksi dengan baking soda untuk membantu kue, biskuit dan makanan yang dipanggang lain untuk naik selama pembakaran. aditif lain membantu mengubah keasaman dan alkalinitas makanan untuk rasa yang tepat, rasa dan warna.
10. Untuk meningkatkan rasa atau memberi warna yang diinginkan. Banyak rempah-rempah dan rasa alami dan sintetis meningkatkan rasa makanan. Warna, juga, meningkatkan penampilan makanan tertentu untuk memenuhi harapan konsumen. Contoh zat yang masing-masing melaksanakan fungsi yang diberikan dalam tabel "Penggunaan Aditif umum."

Bahaya zat aditif :
1.       Baik zat pewarna sintetis maupun alami yang digunakan dalam industri makanan harus memenuhi standar nasional dan internasional. Penyalahgunaan zat pewarna melebihi ambang batas maksimum atau penggunaan secara ilegal zat pewarna yang dilarang digunakan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen, seperti timbulnya keracunan akut dan bahkan kematian. Pada tahap keracunan kronis, dapat terjadi gangguan fisiologis tubuh seperti kerusakan syaraf, gangguan organ tubuh dan kanker.
2.       menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.
3.       menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma
4.   karsinogenik, misalnya natrium nitrat telah terbukti menyebabkan kanker untuk tikus dan juga dapat menyebabkan kanker pada manusia; pewarna banyak digunakan 50 tahun lalu yang akan ditampilkan secara karsinogenik!
5.   memiliki efek samping seperti alergi dan hyperactitity, misalnya
MSG dapat bertanggung jawab ke restoran "sindrom Cina flamous" - sakit kepala, haus, nyeri dada dan kesulitan pencernaan
pewarnaan kuning yang tartrazine (E102) dapat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak
Sulfur dioksida dan sulfit dapat menyebabkan alergi dan pernapasan difficults untuk orang yang menderita asma


Sumber :






Penyalahgunaan Zat Aditif
Permasalahan penggunaan formalin dalam pangan sebenarnya telah dibicarakan sejak tahun 80-an (Dewanti 2006), walaupun penggunaan bahan ini telah banyak dipergunakan sejak tahun 70-an (Anonimous 2005h). Pada tahun 1993 masalah formalin dalam makanan pernah menjadi berita utama di media massa, namun ketika itu masyarakat tidak begitu peduli karena merasa tidak melihat dampaknya secara langsung (Winarno 2004). Akan tetapi pada tahun 2005 masalah ini kembali mencuat kepermukaan, karena pemakaian formalin sebagai bahan pengawet makanan semakin tidak terkendali dan masyarakat saat ini telah sadar tentang pentingnya keamanan pangan.
Peredaran sejumlah produk makanan yang mengandung formalin telah ditemukan di wilayah DKI Jakarta, Banten, Bogor, Bekasi, Lampung dan berbagai daerah lainnya. Produk-produk makanan yang mengandung formalin tersebut tak hanya dijual di pasar- pasar tradisional, di pasar serba ada dan supermarket pun tidak menjamin produk makanan sejenis bebas formalin.
Hasil pengujian Balai Besar POM di Jakarta pada beberapa tahun yang lalu terhadap 98 sampel produk pangan yang dicurigai mengandung formalin, 56 sampel di antaranya dinyatakan positif mengandung formalin. Berbagai produk pangan itu diambil dari sejumlah pasar tradisional dan supermarket di wilayah Jakarta, antara lain, Pasar Muara Angke, Pasar Muarakarang, dan Pasar Rawamangun (Anonimous 2005h).
Alasan para produsen menggunakan formalin sebagai pengawet meskipun mereka tahu bahwa sangat berbahaya menggunakan bahan ini adalah karena dagangannya lebih tahan lama, menghemat biaya produksi, penggunaannya yang praktis dan murah dibandingkan dengan pengawet lainnya serta mendatangkan keuntungan lebih banyak.
Saat ini undang-undang yang mengatur tentang penggunaan formalin pada bahan pangan dan sanksi-sanksi yang diberikan telah dibuat, namun yang perlu diperhatikan saat ini adalah pengendalian distribusi formalin di pasaran.
Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Formalin
Agar tidak tertipu, masyarakat sebaiknya berhati-hati dan memerhatikan ciri-ciri serta perbedaan antara bahan pangan segar dan yang mengandung bahan pengawet formalin. Para pedagang biasanya membubuhi formalin dengan kadar minimal, sehingga konsumen pada umumnya bingung ketika harus membedakannya dengan bahan pangan segar. Pada daging ayam misalnya, karena hanya dibubuhi sedikit formalin, bau obat tidak tercium. Kalau ayam berformalin, ciri yang paling mencolok adalah tidak ada lalat yang mau hinggap. Jika kadar formalinnya banyak, ayam agak sedikit tegang (kaku). Yang paling jelas adalah jika daging ayam dimasukkan ke dalam reagen atau diuji laboratorium, nanti akan muncul gelembung gas.
Tahu berformalin tahan lama dan tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25°C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 °C). Tahu terasa membal atau kenyal jika ditekan namun tidak padat. Bau agak mengengat berbau formalin (dengan kandungan formalin sekitar 0.5-1ppm). Sedangkan tahu tanpa pengawet paling-paling hanya tahan dua dan biasanya mudah hancur Anonimous 2005a).
Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin adalah tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25°C), warna insang merah tua dan tidak cemerlang bukan merah segar, warna daging ikan putih bersih, sisik-sisiknya mengkilat dan dagingnya kenyal. Sedangkan ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin adalah tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25°C), bersih cerah, tidak berbau khas ikan asin dan tidak ada lalat yang hinggap
Uji Formalin Dalam Makanan
Secara kualitatif uji formalin dalam makanan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat, yaitu dengan prinsip ada tidaknya reaksi formalin dengan larutan brom dan H2SO4 (1:1), bila terjadi reaksi atau hasilnya positif maka akan menghasilkan warna ungu. Sebelumnya makanan yang akan di uji harus diekstraksi terlebih dahulu
Untuk menghindari penggunaan formalin dalam pangan atau bahan lain yang sama atau lebih berbahaya bagi kesehatan manusia maka perlu suatu tindakan untuk mengatasinya. Berikut beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut1. Upaya mempersiapkan perangkat hukum, berikut perangkat pendukung beserta peraturan dan petunjuk pelaksanaanya.
2. Perlu dikembangkan suatu upaya pendidikan produsen, pedagang maupun konsumen mengenai keamanan pangan.
3. Membatasi penjualan bahan-bahan kimia seperti formalin yang beredar bebas dipasaran.
Menurut Anonimous (2005e), manfaat formalin di bidang industri non pangan sangat beragam, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih : lantai, gudang ,
pakaian dan kapal
2. Pembasmi lalat dan serangga lainnya
3. Bahan pembuat Sutra buatan, Zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak
4. Dalam dunia Fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas
5. Bahan pembentuk pupuk berupa Urea
6. Bahan pembuatan produk parfum
7. Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku
8. Pencegah korosi untuk sumur minyak
9. Bahan untuk isulasi busa
10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood)
11. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1 persen ) digunakan sebagai
pengawet, Untuk berbagai barang konsumen, seperti pembersi rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, Shampo mobil, lilin
dan karpet
12. Pengawet mayat dan organ.
Berikut beberapa pengawet yang dinyatakan benar-benar aman untuk dikonsumsi oleh FDA:

1. Vitamin C
Selain berperan sebagai vitamin esensial yang berpotensi mencegah kanker dan sebagai sumber suplemen bernutrisi, vitamin C juga merupakan pengawet yang baik. Vitamin C kaya kandungan yang berfungsi mencegah oksigen dari kerusakan. Dengan begitu makanan juga akan tetap segar dan penuh warna.

Terdapat dalam: Karena berperan ganda sebagai vitamin dan pengawet, vitamin C (yang sering dikenal dengan nama ascorbic acid pada label makanan) digunakan dalam berbagai makanan. Bisa ditemukan mulai dari daging olahan seperi ham serta berbagai jus buah. Selain itu, bisa juga ditemukan pada tepung sereal, jelly, dan jamur kalengan.

2. Asam sitrat (citric acid)
Asam sitrat masih berdekatan dengan vitamin C dan sama-sama merupakan pengawet alami yang baik. Kandungan asam di dalamnya berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam sitrat dinyatakan aman pada 99.9% populasi. Ada sebagian kecil yang alergi dengan asam sitrat, tetapi kondisi ini sangat jarang dan hampir tidak ada sama sekali.

Terdapat dalam: Asam sitrat banyak digunakan pada berbagai minuman ringan untuk pengawet dan penambah rasa.

3. Sodium benzoat dan asam benzoat (Sodium benzoate and benzoic acid)
Meskipun namanya kedengaran seperti zat kimia yang diproduksi di laboratorium, kedua pengawet ini berasal dari alam. Keduanya banyak terdapat pada cranberries, buah yang telah dikeringkan, plum, kulit manis, cengkeh dan apel. Kedua bahan ini mengandung komponen antibakteri yang jika ditambahkan ke makanan bisa mencegah pertumbuhanbakteri dan jamur.

Terdapat dalam: Kedua zat ini terdapat pada berbagai produk termasuk selai, minuman, dressing, salad, kue tart, serta berbagai makanan lainnya.

4. Sorbates
Sorbates merupakan salah satu pengawet terbaik. Sifatnya yang tidak berasa, tidak berbau dan tanpa efek samping membuat pengawet satu ini digunakan luas pada berbaagi produk makanan industri. Sorbates ini meliputi sorbic acid, potassium sorbate, sodium sorbate, dan calcium sorbate. Semua komponen ini berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
Kesimpulan
Penggunaan formalin sebagai pengawet makanan yang banyak digunakan produsen bahan makanan di Indonesia sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Para produsen maupun pedagang yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet menginginkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menekan biaya produksi melalui bahan pengawet tanpa memikirkan dampak yang muncul. Namun demikian saat ini penegakan hukum di bidang pangan masih lemah dan tidak tegas, serta sanksi hukum yang dijatuhkan kepada pelakunya juga terlalu ringan.
Sumber :



1 komentar:

ghina husniyya mengatakan...

komen.. >.<

Posting Komentar

please comment my entry. i will happy if you comment my entry :)

Recent comments

Recent News